"Ini Rumah Allah apa bukan sih..??"

"Rumah Allah apa Rumah jin..?"
demikian ucap irfan (5 tahun) sore tadi, tepat jam 17.30, beberapa menit menjelang waktu maghrib tiba.
Ceritanya sore tadi (15/1) saya ajak irfan dan raissa (2 tahun) mengunjungi Mesjid 'termegah' di Kota Depok, atau bahkan se-Indonesia yang terletak desa Meruyung, limo, Depok. Mesjid Emas, demikan bangunan super megah ini biasa disapa.
Kesan megah bagai sedang di negeri khayangan tampak terlihat di depan mata, selepas kita memarkir kendaraan di muka gerbang bangunan. Lokasi parkiran yang letaknya lumayan jauh dari gerbang Mesjid ini dikelola oleh beberapa pemuda, bak lokasi parkir ketika kita akan memasuki lokasi wisata, lengkap dengan karcis parkir dan tarifnya.
Sebuah warung semi permanen tampak berdiri di ujung lokasi parkir itu. Beberapa mobil dan motor asyik berkumpul bersama di bawah pohon, menunggu pemiliknya kembali dari melihat 'kejaiban dunia' di bawah sana.
Dari lokasi parkir menuju gerbang Mesjid kami berjalan sambil terkagum kagum melihat pemandangan di bawah sana. Irfan tampak gembira sekali karena tidak lama lagi akan mendekati bangunan tersebut. Sebuah kubah emas besar terlihat terang bersinar memantulkan sinar matahari yang mulai redup. Jajaran taman yang maha luas terhampar di depannya.


Penasaran, saya hampiri salah seorang Satpam. "Emang bener Anak kecil nggak boleh masuk gerbang Pak ?," tanya saya. "Iya, nggak boleh." "Kenapa..?". "Itu baca aja pengumumannya," jawab satpam berwajah biasa-biasa aja itu sambil menunjuk ke sebuah 'banner' besar yang isinya banyak sekali tulisannya.


"Ini Mesjid apa bukan sih MI...??" tanya irfan ke umminya dengan nada kesal karena tidak boleh masuk. "Mesjid khan tempat Sholat ya. Koq irfan nggak boleh masuk..?". "Ini Mesjid siapa sih...?".
Saya dekati lagi salah seorang Satpam di situ. "Yang bikin peraturannya emang bu dian (pemilik Mesjid, red) ya ?". "Iya."
"Bu diannya ada nggak di dalam..?". "Nggak ada." "Kapan biasanya datang..?". "Nggak tau ya. Suka-suka dia aja sih." "Emang pengajiannya bu Dian biasanya hari apaan..?" "Hari Sabtu pagi, jam delapanan."
Tidak puas dengan jawaban Satpam tersebut, saya coba telepon salah seorang 'penanggung jawab' Mesjid tersebut, yang nomer henponnya tertera di 'banner' larangan-larangan itu. Menjawab pertanyaan saya tentang larangan anak-anak di bawah umur 10 tahun masuk pekarangan Mesjid itu, ia membenarkan. Alasannya katanya karena dikhawatirkan anak-anak akan mengganggu ibadah di dalam Mesjid. "Tapi khan itu di dalam mesjid pak. Lha ini baru mau masuk gerbang aja sudah dilarang Satpam, jadi banyak yang 'keleleran' di depan Pos Satpam ?". "Iya, untuk sementara ini karena jumlah pengawas di dalam yang terbatas, makanya kami larang anak-anak masuk ke dalam." "Pengawas apaan..?. Sementaranya sampai kapan..?. Di papan pengumuman nggak tertulis sementara tuh" . "Ya kami tidak tahu. Kita lihat saja nanti," ujarnya. "Harusnya dari depan jalan raya itu Bapak sudah buat pengumuman anak-anak dilarang masuk, jadi mereka tidak kecewa tertahan di depan Posko," saran saya.
Akhirnya kami pun bersiap-siap pulang, dan tidak jadi menunaikan Shalat maghrib di mesjid milik Dian Al mahri itu. Beberapa keluarga yang membawa anak-anak dan bayi juga mengurungkan niatnya untuk shalat di sana. "Lah gimana..?. kalau kita masuk, anak-anak siapa yang jagain..?. Masa sih ganti-gantian jaga di pos satpam."

"Korq irfan ama adek nggak boleh masuk sih..?.
" Itu Rumah Allah apa bukan ya..?"
" Rumah Allah apa Rumah Jin....???."